PEMBELAJARAN TILANGSTAD SEBAGAI INOVASI DI MASA PANDEMI
PEMBELAJARAN
TILANGSTAD SEBAGAI INOVASI DI MASA PANDEMI
(Oleh:
Rani Guru SMPN 7 Tambun Selatan)
Pembelajaran
Tilangstad adalah sebuah inovasi yang dilakukan penulis untuk membuat pembelajaran yang berkualitas dan
berdampak positif bagi peserta didik sehingga mereka dapat mencapai tujuan
pembelajaran dengan memuaskan. Tilangstad adalah sebuah singkatan dari tiga
langkah student team achievement division. Penulis berusaha untuk melakukan
review secara singkat mengenai apakah pembelajaran tilangstad.
Pembelajaran
tilangstad adalah kombinasi dari 3 media pembelajaran (google classroom,
whatsapp videocall, google meet), metode 3 P (Presentation, Practice,
Production) dan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division).
Gambaran yang bisa dijelaskan dengan sangat sederhana adalah sebagai berikut:
METODE |
MEDIA |
MODEL |
PRESENTATION |
GOOGLE
CLASSROOM |
CLASSICAL |
PRACTICE |
WHATSAPP |
KALI (Kelompok
lima) |
PRODUCTION |
GOOGLE MEET |
KEJU(Kelompok
Tujuh) |
Pembelajaran Tilangstad menerapkan metode 3 P.
3 P banyak digunakan untuk tahapan pembelajaran bahasa terutama pada keahlian
produktif. Keahlian produktif ini terdapat 2 yaitu berbicara dan menulis. 3 P
ini juga merupakan bagian dari langkah-langkah pembelajaran. Ketiga Langkah tersebut adalah:
1.
Presentation
Presentation atau dalam Bahasa Indonesia lebih dikenal dengan sebutan
penyajian adalah langkah pertama dalam kegiatan inti pembelajaran. Dalam lagkah
ini, guru menyajikan materi pembelajaran dan memberikan contoh dari materi yang
diberikan.
2.
Practice
Practice atau dalam Bahasa Indonesia lebih dikenal dengan sebutan praktik
adalah langkah kedua dalam kegiatan pembelajaran. Pada Langkah ini, peserta
didik mulai diminta melakukan latihan berkaitan dengan materi yang diberikan.
3.
Production
Production
adalah Langkah terakhir dalam kegiatan inti yang berisi kegiatan penilaian
individual untuk mengukur ketecapaian tujuan pembelajaran.
Tiga aplikasi yang digunakan dalam pembelajaran
Tilangstad adalah sebagai berikut:
1.
Google
classroom
Pada tahap ini, penulis memberikan melakukan
langkah-langkah pembelajaran, yaitu pembukaan, kegiatan inti pada tahap
penyajian, penutup. Pembukaan diisi dengan salam, mengingatkan peserta didik
untuk melakukan presensi melalui google classroom, menyampaikan tujuan pembelajaran
dan memotivasi peserta didik untuk melakukan pembelajaran dengan semangat
Pada kegiatan inti dalam tahap penyajian, penulis memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengamati power point dan gambar-gambar. Kemudian
penulis memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menanyakan tentang kosa
kata yang telah mereka amati dan masih terasa asing bagi mereka. Setelah itu
penulis mencoba mendiskusikan bersama tentang materi yang sudah diberikan.
Pada tahap penutup, penulis mengucapkan terima kasih kepada peserta didik
yang sudah mau melaksankan pembelajaran pada sesi tersebut dan mengucapkan
salam. Seharusnya ada beberapa tahap lagi yang perlu dilakukan pada kegiatan
penutup. Tetapi karena keterbatasan yang dimiliki, jadi hanya ada 2 kegiatan
penutup yang bisa dilaksanakan.
2.
WhatsApp
video call.
Tahap ini dilaksanakan segera setelah pembelajaran
melalui google classroom dilaksanakan. Pada tahap ini peserta didik berlatih
dalam kelompok. 1 kelompok terdiri dari delapan peseta didik. Pada tahap ini
guru tidak dilibatkan karena guru sudah mengutus 1 peserta didik dengan
pemahaman lebih baik terhadap materi yang diberikan. Peserta didik tersebut
diangkat menjadi ketua kelompok dan membantu melakukan pembimbingan kepada 7
peserta didik lainnya, kemudian penulis memberikan pengarahan dan penjelasan
tentang materi yang diberikan. Penulis memastikan bahwa ketua kelompok memahami
materi yang diberikan di google classroom karena mereka harus menyampaikan
kepada teman-teman mereka yang berada dalam kelompok tujuh. Penyampaian dan
diskusi dalam kali dan keju dilakukan dengan menggunakan WhatsApp video call.
Berada diantara teman-teman mereka sendiri, membuat
mereka merasa nyaman untuk menanyakan apa saja dan membuat mereka bersemangat
karena dapat bertemu dengan teman-teman walau hanya sebatas pertemuan maya.
Tahapan ini juga dapat membantu penulis dalam
mengawasi peserta didik yang kurang berperan serta aktif. Penulis mendapat laporan dari kelompok lima
secara cepat sehigga dapat mengantisipasi peningkatan presentasi mangkir dari
pembelajaran.
3.
Google
meeting.
Pada tahap ini meminta peserta didik untuk
melaksanaan google meeting untuk mengkonfirmasi informasi yang sudah diterima
kelompok tujuh dari kelompok lima, untuk memberikan motivasi kepada peserta didik, dan untuk melaksanakan penilain atas proses
pembelajaran yang telah dilakukan peserta didik. Atau dengan kata lain tahap
google meet ini juga merupakan tahap production atau tahap produksi.
Model pembelajaran yang
dipakai adalah STAD (Student Team Achievement Division)
STAD
yang digunakan menggunakan dua macam pengelompokan. Pengelompokan pertama
disebut dengan KALI yang merupakan
singkatan dari kelompok lima. Pengelompokan kedua disebut dengan KEJU yang
merupaka singkatan dari kelompok tujuh.
KALI
adalah kelompok bentukan dari guru dengan memperhatikan keunggulan pencapaian
peserta didik di kelas. Jadi guru memilih 5 peserta didik unggul dan menjadikan
mereka ke dalam satu grup dan memberi nama grup itu dengan KALI.
KEJU
adalah kelompok yang dibentuk secara acak. Satu kelompok terdiri dari 1 orang
ketua kelompok yang berasal dari KALI dan 7 peserta didik lainnya yang diambil
secara acak dari peserta didik di dalam kelas. Jadi secara keseluruhan KEJU
terdiri dari 1 orang ketua dan 7 orang anggota.
TENTANG
PENULIS
Penulis bernama Rani.
Penulis kini bekerja sebagai guru di SMPN 7 Tambun Selatan.
Comments
Post a Comment